Senin, 24 Agustus 2015

Hal yang sering di lupakan pengusaha

(1) Hal yg sering terlupakan oleh calon pengusaha adalah : bahwa banyak cara utk mendapatkan uang. Tapi utk memperoleh rezki, hanya ada satu cara, yaitu: shilaturrahim.      
(2). Shilaturrahim yg bisa mendatangkan rezki bukan semata-mata mengunjungi atau menelpon atau menanyakan habar. Tapi lbh dari itu; menjaga hati agar tdk membenci, menjaga lisan agar tdk menyakiti dan menjaga sopan santun agar ttp menarik simpati.              
(3). Karena itu, jgn sampai kerja dan usaha kita justru menyebabkan putusnya shilaturrahim. Akibatnya, rezki sulit didapat, meski uang selalu datang. Wallahu a'lam. Ust. Farid Dhohir

Senin, 10 Agustus 2015

Parenting : Ayo Hujan hujan

"Ayo Hujan-hujanan"

Oleh: Budi Ashari Lc.

Saya mengajak siapapun. Pasti yang paling senang anak-anak kita. Ayo nak, hujan-hujanan....

Karena ini bukan sekadar sebuah kesenangan bermain dengan rintik dari langit yang memang sangat menyenangkan. Juga bukan sekadar penelitian ilmiah tentang manfaat hujan, yang baru hangat dibahas hari-hari ini.

Hal ‘sepele’ ini perlu dibahas karena anak-anak pasti senang hujan-hujanan. Sementara para orangtua hari ini cenderung berkata:  jangan, nanti sakit, nanti masuk angin, nanti demam, nanti pilek, dst...

Apakah itu konsep parenting yang benar?

Dengarkan kisah Anas bin Malik radhiallahu anhu berikut ini:

قَالَ أَنَسٌ: أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ، قَالَ: فَحَسَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ، حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى»

Anas berkata: Kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kehujanan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyingkap pakaiannya agar terkena air hujan. Kami bertanya: Ya Rasulullah, mengapa kau lakukan ini?

Beliau menjawab, “Karena ia baru saja datang dari Tuhannya ta’ala.” (HR. Muslim)

An Nawawi menjelaskan hadits ini,

“Maknanya bahwa hujan adalah rahmat, ia baru saja diciptakan Allah ta’ala. Maka kita ambil keberkahannya. Hadits ini juga menjadi dalil bagi pernyataan sahabat-sahabat kami bahwa dianjurkan saat hujan pertama untuk menyingkap –yang bukan aurat-, agar terkena hujan.” (Al Minhaj)

Ibnu Rajab dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa para sahabat Nabi pun sengaja hujan-hujanan seperti Utsman bin Affan. Demikian juga Abdullah bin Abbas, jika hujan turun dia berkata: Wahai Ikrimah keluarkan pelana, keluarkan ini, keluarkan itu agar terkena hujan. Ibnu Rajab juga menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib jika sedang hujan, keluar untuk hujan-hujanan. Jika hujan mengenai kepalanya yang gundul itu, dia mengusapkan ke seluruh kepala, wajah dan badan kemudian berkata: Keberkahan turun dari langit yang belum tersentuh tangan juga bejana.

Abul Abbas Al Qurthubi juga menjelaskan,

“Ini yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mencari keberkahan dengan hujan dan mencari obat. Karena Allah ta’ala telah menamainya rahmat, diberkahi, suci, sebab kehidupan dan menjauhkan dari hukuman. Diambil dari hadits: penghormatan terhadap hujan dan tidak boleh merendahkannya.” (Al Mufhim)

Bahkan para ulama; Al Bukhari dalam Shahihnya dan Al Adab Al Mufrod, Muslim dalam Shahihnya, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro. Semuanya menuliskan bab khusus dalam kitab-kitab hadits mereka tentang anjuran hujan-hujanan.

Apa masih ada yang sangsi?

Bahwa hujan-hujanan dianjurkan...

Mengapa kita menuduh hujan yang berkah sebagai sumber malapetaka??

Kita sebagai orangtua tentu bisa mengamati kebugaran anak kita hari itu. Saat hujan turun. Kalau mereka tidak terlalu bugar kita bisa melarangnya. Tetapi kalau mereka sedang sehat dan bugar, mengapa kita larang. Tak usah khawatir. Hujan adalah keberkahan. Adalah kesucian. Hujan adalah pengirim ketenangan. Hujan bahkan penghilang kotornya gangguan syetan.

Selesai hujan-hujanan, silakan disuruh mandi, mengguyur kepalanya, minum madu, habbatus sauda’ dan lainnya. Agar kekhawatiran itu pergi. Dan keberkahan lah yang telah mengguyur kepala dan sekujur badan mereka.

Sudah siap?

/www.parentingnabawiyah.com/index.php/artikel--keluarga/anak-parenting/168-ayo-hujan-hujanan

Senin, 27 Juli 2015

Hidup Harus Lurus

Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin. Segala puji hanyalah milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Mendengar setiap bisikan hati kita, menjadikan kita orang-orang yang peka untuk menerima nasehat dan petunjuk kebenaran, sehingga kita senantiasa berada di jalan-Nya yang lurus. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Rosululloh Saw.
Saudaraku, kita sering membaca ayat ini, “Ihdinash shiroothol mustaqiim” yang artinya, “Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS. Al Faatihah [1] : 6).
Setiap perintah Alloh Swt. adalah kebaikan bagi kita. Setiap perintah Alloh Swt. pasti membahagiakan, pasti menyelamatkan, pasti memuliakan kita. Demikian juga halnya dengan larangan-larangan Alloh Swt. terhadap kita. Setiap larangan itu tiada lain adalah untuk kebaikan dan keselamatan kita. Karena sesungguhnya Alloh adalah pencipta kita, dan Alloh Maha Tahu segala kelemahan kita. Setiap larangan Alloh Swt. jikalau kita langgar pasti akan mendatangkan keburukan, kehinaan dan kecelakaan bagi kita sendiri.
Alloh Swt. Maha Mengetahui bagaimana diri kita sebenarnya. Alloh tahu kekuatan dan kelemahan kita. Untuk itulah Alloh Swt. menghadirkan perintah dan larangan yang tujuannya adalah untuk kebaikan kita.
Oleh sebab itu, jika kita ingin hidup kita diurus oleh Alloh Swt., maka kuncinya sederhana saja. Yaitu, lakukanlah apa yang Alloh Swt. sukai. Carilah ilmunya mengenai apa saja yang Alloh Swt. sukai dan apa saja yang Alloh tidak suka. Apa yang Alloh sukai maka lakukan, dan apa yang tidak Alloh suka maka tinggalkan. Penuhi prinsip ini secara ikhlas.
Alloh Maha Mengetahui, Alloh Maha Memperhatikan, Alloh Maha Melihat kepada hamba-Nya yang sekuat tenaga mematuhi setiap perintah dan larangan-Nya. InsyaaAlloh, Alloh akan mencukupi setiap apa yang menjadi kebutuhan hamba-Nya.
Jadi, tidak perlu kita menyalahkan siapapun jikalau kita menemui kesulitan-kesulitan hidup. Karena Alloh Swt. berfirman, “In ahsantum ahsantum lii anfusikum, walain asa-tum falahaa”, yang artinya, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.” (QS. Al Israa [17] : 7)
Tidak akan ada yang tertukar. Setiap kebaikan yang kita lakukan, buahnya akan kembali kepada kita, dan setiap keburukan yang kita lakukan, hasilnya pun akan kembali kepada kita. Oleh karena itu, jika kita meresa hidup kita penuh sekali dengan kesulitan, kesusahan, pasti itu buah dari perbuatan kita sendiri yang belum kita taubati.
Saudaraku, setiap dosa yang kita lakukan adalah bagaikan kita menanam ranjau di sebuah jalan yang mana kita akan berjalan di atas jalan itu dan menginjaknya. Tidak ada yang mencelakakan kita selain keburukan kita sendiri.
Maka, barangsiapa yang ingin hidupnya diurus oleh Alloh Swt., berpikirlah sebagaimana yang Alloh sukai. Bertuturkatalah dan berbuatlah sebagaimana yang Alloh ridhoi. Juga milikilah qolbun saliim, hati yang bersih.
Jika sudah demikian, maka selebihnya adalah bagian Alloh Swt. yang akan mengurus kita. Tugas kita adalah patuh kepada Alloh, dan Alloh yang akan mengurus kita. Alloh Swt. yang menciptakan kita, yang mengetahui setiap keperluan kita, yang kuasa mencukupi kita. Kepatuhan kitalah yang akan mengundang pertolongan-Nya. Wallohu a’lam bishowab.[] 

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Editor : Rashid Satari

Jumat, 01 Mei 2015

Disiplin waktu (Aagym)

Lima Disiplin – Bagian 2. Disiplin Waktu
Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Semoga Alloh Yang Maha Mendengar setiap isi hati senantiasa memberikan bimbingan kepada kita sehingga kita senantiasa istiqomah di dalam ketaatan kepada-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Aspek disiplin yang kedua adalah disiplin waktu. Waktu adalah modal kita yang teramat berharga di dalam menjalani kehidupan dunia. Waktu tidak pernah bisa kita tahan barang semenit atau sedetik pun. Jikalau kita beristirahat, maka waktu tetap bergulir. Waktu selalu berjalan ke depan, tidak pernah bisa berjalan mundur kembali meski sejengkal saja. Maka, tidak berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa waktu adalah hal yang paling berharga di dunia.
Saudaraku, Alloh Swt. memberikan modal waktu yang sama kepada setiap orang. Banyaknya dua puluh empat jam sehari semalam. Dalam rentang waktu tersebut, ada orang yang mampu menyelesakan beberapa amanah tugas atau pekerjaan. Dalam rentang waktu tersebut pula ada orang yang mampu menghafalkan beberapa ayat atau surat di dalam Al Quran, atau mengulang kembali hafalannya sehingga lebih kuat. Dalam rentang waktu tersebut pula ada yang mampu memaksimalkan shalat fardhu di awal waktu, lengkap dengan shalat sunnah dan sedekah.
Akan tetapi, dalam rentang waktu dua puluh empat jam itu ada juga orang yang tidak banyak mendapatkan apa-apa. Waktunya berlalu begitu saja, tanpa bisa ia isi dengan amal sholeh. Lebih menyedihkan lagi, ada orang yang dalam rentang waktu itu malah berisi perbuatan sia-sia, bahkan kemaksiatan. Na’udzubillahi mindzalik. Sungguh rugi orang yang seperti ini.
Alloh Swt. berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr [103] : 1-3)
Maka saudaraku, penting sekali bagi kita untuk bisa memaksimalkan waktu yang kita miliki dengan amal ibadah. Karena sedetik pun waktu yang kita lalu pasti akan ada perhitungannya di hadapan Alloh Swt.
Buatlah program dan target untuk mengisi waktu kita. Dari harian, mingguan, bulanan, atau lebih dari itu. Jangan miliki kebiasaan telat. Jangan pula punya kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Bertekadlah selalu datang lebih awal. Dan berupayalah untuk segera menunaikan pekerjaan hingga tuntas, karena boleh jadi setelah pekerjaan itu, akan berdatangan pekerjaan lainnya. Jangan menunda-nunda. Gunakan kesempatan yang ada untuk melakukan yang terbaik.
Menyia-nyiakan waktu berarti tidak mensyukuri modal waktu yang telah Alloh Swt. berikan kepada kita. Selain akan menjadikan kita orang yang tidak produktif, menyia-nyiakan waktu juga akan membuat kita rugi di akhirat.
Semoga Alloh selalu melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita menjadi hamba-hamba-Nya yang selalu bermujahadah untuk disiplin mengisi waktu dengan hal-hal positif dan produktif dalam rangka beribadah kepada Alloh Swt. Hanya orang yang menggunakan waktunya sebagaimana yang Alloh sukai, yang akan mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat. Wallohua’lam bishowab.[]

Kamis, 09 April 2015

Niaga Menjadi Ibadah

Niaga Menjadi Ibadah – AaGym
Alhamdulillah! Tak ada satupun perkataan dan bisikan kecuali pasti Alloh Swt. mendengarnya. Tak ada satupun perbuatan dan rahasia kecuali pasti Alloh Swt. menyaksikannya. Tak ada satupun peristiwa sekecil apapun kecuali pasti Alloh Swt. mengetahuinya. Subhaanalloh! Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Saudaraku, bagi kita sebagai muslim, setiap aktifitas haruslah menjadi ibadah. Termasuk urusan jual beli. Karena waktu adalah bekal pulang kita, dan jual beli pastilah menggunakan waktu.
Sesuatu menjadi ibadah syaratnya minimal ada dua. Pertama, niatnya lurus lillaahi ta’ala. Kedua, caranya baik dan benar sesuai yang diridhoi oleh Alloh Swt dan dicontohkan oleh Rosululloh Saw.
Seseorang yang memiliki keyakinan bahwa hanya Alloh Swt. yang kuasa memberi rezeki, ini akan membuatnya berbeda dengan orang yang sekedar bisnis biasa. Bagi pecinta akhirat, bisnis adalah ibadah. Sedangkan bagi pecinta dunia, akan berpikir bahwa rezeki itu datang dari makhluk.
Bagi orang yang yakin kepada Alloh Swt., dia akan ajeg tak mudah goyah meyakini bahwa rezeki hanyalah datang dari Alloh Swt. Kita diciptakan oleh Alloh Swt. secara lengkap dengan rezekinya. Alloh Swt. berfirman, “Tidak ada satupun makhluk melata di bumi ini melainkan dicukupi rezekinya oleh Alloh.” (QS. Huud [11] : 6)
Artinya, Alloh Swt. tidaklah menyuruh kita untuk mencari rezeki, melainkan Alloh menyuruh kita untuk menjemput rezeki. Ada perbedaan antara ‘mencari’ dan ‘menjemput’. Kalau ‘mencari’ itu antara ada dan tiada, sedangkan ‘menjemput’ itu pasti ada, hanya saja apakah kita terampil untuk mendapatkannya ataukah tidak. Gambarannya seperti kita menjemput anak yang sedang berada di blok M, tapi kita malah menjemput ke blok C, tentu tidak akan bertemu.
Alloh Swt. telah menebarkan rezeki-Nya di alam raya ini, bahkan tidak jauh dari tempat kita berada. Hanya saja apakah cara kita mendapatkannya baik dan benar sesuai dengan tuntunan-Nya, maka itu akan mempengaruhi keberkahan rezeki kita.
Perniagaan atau bisnis kita adalah ladang amal sholeh bagi kita, cara kita menjemput rezeki yang telah Alloh janjikan bagi kita. Maka, menjemputnya mestilah dengan langkah-langkah yang ada dalam ridho Alloh Swt. Sehingga perniagaan kita tidak hanya mendatangkan kemanfaatan di dunia semata, melainkan juga menjadi investasi jangka panjang bagi kita di akhirat kelak. Mari, menjadikan perniagaan kita sebagai amal sholeh kita.[]

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )

Minggu, 08 Februari 2015